Angka 45
Yang terakhir angka 45. Menurut penuturan Mbah Moen, angka 45 adalah hitungan kita membaca 2 kalimat syahadat dalam sehari semalam. 45 di sini bukan berarti membaca 2 kalimat syahadat sebanyak 45 kali, akan tetapi 4 kali di malam hari pada sholat maghrib dan isya, dan 5 kali di siang hari yang dimulai dari sholat subuh hingga sholat ashar.
4 kali di malam hari pada waktu shalat maghrib dan isya adalah 2 kali dibaca pada 2 tasyahud pada shalat maghrib, yakni pada rakaat yang kedua dan ketiga. Sedangkan pada shalat isya, 2 kali dibaca pada tasyahud awal dan akhir, yakni rakaat kedua dan rakaat keempat.
Lalu 5 kali pada siang hari adalah pada saat tasyahud terakhir atau rakaat kedua shalat subuh, rakaat kedua dan keempat shalat dhuhur, dan rakaat kedua dan keempat di shalat ashar.
Jika dijumlah, angka 4 dan 5 menghasilkan angka 9. Angka 9 adalah angka yang unik daripada angka yang lain menurut Mbah Moen. Sebab angka 9 ini jika dikalikan dengan angka berapapun hasilnya tetap sembilan. Contoh saja 9×2, 9×3, 9×4 dan seterusnya. 9×2=18, 9×3=27, 9×4=36. Angka 1 dan 8 menghasilkan angka 9, angka 2 dan 7 menghasilkan 9, angka 3 dan 6 juga menghasilkan 9 begitupun seterusnya.
Angka 4 adalah pilar milik Indonesia. 4 pilar Indonesia itu adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45. Kemudian angka 5 adalah bentuk dari rukun Islam yang juga diinterpretasikan oleh Mbah Moen sebagai isi dari pilar pertama, yakni Pancasila yang memiliki 5 sila.
Dalil Alquran Kemerdekaan
Surah Fatir Ayat 27
Secara verbal ayat ini menjelaskan tentang air yang diturunkan oleh Allah dari langit yang dengan air itu Allah menumbuhkan berbagai macam dan jenis tanaman. Pada ayat itu juga Allah menyebutkan gunung-gunung yang berwarna putih dan merah dan warna-warna yang lain. Allah berfirman;
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرٰتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا ۗوَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ ۢبِيْضٌ وَّحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهَا وَغَرَابِيْبُ سُوْدٌ
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.”
KH. Maimoen Zubair menyoroti kata بِيْضٌ وَّحُمْرٌ yang berarti putih dan merah. Warna putih dan merah ini mirip dengan warna bendera sang Saka Merah Putih milik Indonesia hanya saja disebutkan secara terbalik dalam Alquran.
Menurut beliau hal itu sama saja, sebab didahulukan penyebutan warna putih yang berarti bersih dan suci dalam keikhlasan yang kemudian dapat memunculkan rasa semangat dan perjuangan dalam pengorbanan dengan simbol warna merah.
Di Indonesia, tepatnya di Pulau Sabu, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat bukit bernama Kelabba Majja yang berwarna-warni dengan dominasi warna merah-putih. Setidaknya, bukit ini dapat mewakili salah satu dari sekian banyak gunung warna-warni seperti di China dan negara-negara lain yang menjadi bukti kebenaran Alquran.
Surah Al-Fath Ayat 29
كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَه فَاٰزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
“Yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).”
Maimoen Zubair menyebutkan ayat ini karena di Indonesia banyak sekali tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang subur. Hal itu terbukti dengan luas lahan pertanian di Indonesia yang mencapai sekitar 8 juta hektar dan luas lahan hutan yang mencapai 66,5 juta hektar pada tahun 2022 ini.
Ayat ini juga memiliki keserasian dengan hadits di muka yang menjelaskan tentang pemuda. Ayat ini menggambarkan proses pertumbuhan tunas yang semakin kuat hingga menjadi besar dan tegak lurus menjulang di atas batangnya, juga menunjukkan bagaimana rasa bahagia yang dirasakan oleh penanamnya yang melihat benih yang ditanamnya kini telah besar dan berbuah.
Baca Juga: Transformasi Zakat Perspektif KH. Maimoen Zubair
Referensi:
Mbah Moen “17-08-45, Kode Etik Umat Islam Indonesia” diakses dari www.ppalanwar.com