Sebenarnya bisa saja Syaikh Abdurrazaq al-Halaby atau Syaikh Fawwaz al-Namr meminta tolong kepada sahabat atau murid mereka yang juga asatiz untuk menggantikan posisi beliau. Tapi hal tersebut tidak mereka lakukan. Karena ada rasa tanggung jawab yang berdimensi keakhiratan.
Oleh karenanya ketika Syaikh Abdurrazaq al-Halabiy diminta istirahat saja nanti diganti oleh asatiz lain —yang juga murid-murid beliau— yang menggantikan, beliau menjawab; “ bagaimana tanggung jawab saya di mata Allah, selama saya masih bisa mengajar dan membimbing tholib-tholib saya akan lakukan itu.”
Begitu pula Syaikh Fawwaz al-Namr untuk apa beliau bersusah payah hadir untuk mengajar kalau tidak bisa menyampaikan penjelasan karena lisannya yang terkena musibah sakit. Ada sesuatu di situ yang mungkin sulit dinalar oleh akal kita. Sesuatu yang berdimensi spiritual dan ukhrowi. Mereka yakin kehadiran mereka akan bisa mendatangkan keberkahan sendiri buat mereka dan juga murid-murid mereka.
Dan ketika mereka hadir untuk menjalankan amanah, mereka bergerak dari rumah ke tempat mengajar untuk memberikan manfaat—yang mungkin tidak sebanyak di kala mereka sehat— maka disitulah keberkahan muncul.
تحرك فإن في الحركة بركة
“Bergeraklah, Sesungguhnya dalam pergerakan itu terdapat keberkahan.”
Subhanallah..itulah bila amanah dijalankan dengan rasa tangggung jawab serta diiringi dengan keikhlasan, in syaa Allah akan jadi kekuataan tersendiri yang akan bisa menambah energi.
لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ
“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah .” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Wallahu a’lam bi al-Showab.
Semoga Bermanfaat.