يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Q.S. al-Baqarah: 153]
3. Peradaban Barat

Hidup di negara minoritas Islam, membuat Gita kesulitan mencari olahan makanan halal. Kemudian kondisi lingkungan yang tidak Islami membuat Gita not confident dalam hal menutup aurat atau berhijab. Dan seakan-akan ia menjadi orang lain.
Begitulah kehidupan di Barat yang minoritas Islam. Berbeda dengan di Indonesia yang mayoritas Muslim. Namun, pada akhirnya Gita kembali yakin untuk berhijab dan mampu menyesuaikan nilai-nilai Islami dengan kehidupan di Jerman.
4. Jalan Hidayah

Berawal dari keresahan hati Paul, Allah menunjukkan jalan hidayah-Nya. Dalam scene, sosok Paul (pasangan Gita) mengalami kondisi hati yang tidak searah dengan logika dan fakta. Itulah yang menjadi titik “ketidakyakinan” atas agama yang dipeluknya.
Ia juga kritis atas kelompok-kelompok agama yang suka mengkafirkan orang, dan merendahkan sesama umat manusia. Dari sinilah rasa gelisah Paul.
Di sisi lain, Gita juga mengalami jalan Hidayah untuk memakai hijab. Dimulai dari percakapan Gita dengan ibunya, Gita bertanya terkait “waktu berhijab”. Ibunya pun menjelaskan bahwa itu bukanlah waktu dunia ! tidak ada tanggal, bulan, tahun, jam. Melainkan waktu Rabbaniyah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
5. Belajar Dari Ulama Panutan

Saat Paul belajar Islam, Gita bersedia mengajarkan hal-hal mendasar dalam beribadah. Gita menyarankan Paul untuk belajar Islam melalui dua Ulama kondang asal Indonesia, Prof. Dr. Quraish Shihab dan KH. Musthofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus.
Dua Ulama diatas sudah teruji keilmuannya dan menjadi acuan oleh umat Islam di Indonesia. Dakwah-dakwahnya selalu membawa kedamaian. Inilah yang menjadi dasar Gita untuk menyarankan Paul untuk belajar Islam dari kedua Ulama tersebut.