Di sepanjang kami melakukan observasi, memang tidak menemukan buku-buku yang masuk kategori ketiga. Hampir mayoritas masuk ke dalam kategori pertama, seperti buku-buku novel karya Habiburahman El-Shirazy, Al-Quran, tafsir, sejarah, biografi, novel-novel bernuansa romantis, serta buku doa-doa untuk anak.
Tetapi ada beberapa yang kami masukkan dalam kategori kedua, yang mana menurut kami mungkin bisa membuat pro dan kontra bagi pembaca awam dan bisa berhati-hati dalam meresapi buku bacaan ini. Seperti Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara karya Abu Muhammad Waskito, Pro & Kontra Jihad Di Palestina karya Yusuf Al-Qaradhawi dan Abu Ubaidah Hasan Salman, Mengungkapkan Kebatilan Kyai Liberal CS karya Hartono Ahmad Jaiz, Haruskah Bermazhab karya Abdul Fattah Al-Yafi’i, Akidah Salaf VS Ilmu Kalam karya Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi, Ensiklopedia Sunnah & Syiah karya Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus, dan terakhir ada buku yang berjudul Mengapa Mereka Membenci Nabi? karya Dr. Basim Khafajy.
Buku-buku tersebut perlu dibaca oleh orang yang mempunyai pondasi keagamaan kuat. Misalnya, seorang Muslim yang telah lama belajar agama seperti pesantren, bisa menilai, memahami, dan mengkontekstualisasi apa isi buku. Berbeda dengan Muslim yang hanya belajar dari konten keislaman instan seperti website, youtube, instagram, dan sebagainya. Mereka perlu bimbingan orang tua, ulama atau intelektual yang teruji.
Kesimpulannya, IBF 2022 (secara implisit) mengalami kegawatan literasi Islam ramah. Memiliki harapan besar untuk mengurangi budaya ‘malas’ membaca di kalangan umat Islam. Di sisi lain, buku-buku yang akan menimbulkan pro dan kontra masih diberi ruang publik. Seharusnya pihak IKAPI konsentrasi akan muatan buku yang dipamerankan.