Pertama. Orang yang tak memiliki etika yang baik kepada Allah dan kepada makhluknya maka ilmu yang ia miliki ibarat tak membekas sama sekali alias tak bermanfaat. Jadi kedudukan etika, akhlak lebih diutamakan terlebih dahulu daripada ilmu.
Baca juga:
Kedua. Orang yang tak bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan maupun musibah yang sedang ia rasakan maka bisa dikatakan agamanya belum sempurna. Alasannya adalah bahwa ajaran agama tak terlepas dari perintah untuk menjalankan kewajiban ataupun menjauhi segala yang terlarang. Maka untuk menjalankannya dibutuhkan sikap sabar.
Ketiga. Orang yang tak memiliki sikap wara’ (menjauhi hal-hal yang terlarang maupun yang belum jelas hukumnya) maka dirinya tak akan mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah dan di hadapan makhluknya.
Ketiga hal diatas merupakan etika dalam beragama juga sebagai modal penting dalam menjalankan perintah-Nya. Dengan demikian, orang yang beragama harus mengedepankan prilaku baik sebagai bukti bahwa dirinya memang benar dalam menjalankan ajaran agama.
Sedangkan menurut Imam Al Mawardi dalam kitab Adab Ad-Dunya wa-Din menjelaskan bahwa manfaat dari ibadah meliputi urusan dunia dan akhirat. Bila keduanya dapat diperoleh maka dirinya akan mendapatkan nikmat yang paling sempurna. Nikmat ini bisa didapatkan bila ia mengikuti akal sehat yang dituntun oleh ajaran agama sehingga langkahnya sesuai petunjuk yang telah digariskan oleh Allah dan Rasulnya.
Dari sini dapat dipahami bahwa dalam menjalankan ajaran agama harus mengedepankan akhlak mulia sehingga dirinya mampu memberikan manfaat kepada orang di sekitarnya.