Clifford Geertz, antropolog asal Amerika Serikat, mengatakan bahwa agama adalah fenomena riil masyarakat. Agama menjadi pandangan hidup dan memiliki pengaruh yang positif bagi masyarakat. Di era agama yang semakin luntur eksistensinya maka fenomena dan tren-tren baru yang sudah melegitimasi masyarakat perlu diwaspadai.
Di era 4.0 nilai-nilai dan bentuk keberagamaan semakin kompleks. Bagi generasi milenial sudah sewajarnya membentuk karakter berdasarkan syariat dan nilai-nilai budi pekerti luhur yang terkandung dalam agama. Generasi muda harus teliti dan tidak mudah terbawa tren kekinian.
Sebab, ada tren hijrah yang menumbuhkan sikap intoleran di masyarakat. Bahkan beberapa generasi milenial terbawa pada pengaruh radikalisme-terorisme. Hal ini jelas sangat mengganggu stabilitas NKRI. Lebih jauh lagi, beberapa gerakan hijrah yang ingin mengubah ideologi negara menjadi khilafah negara Islam.
Inilah yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia, terlebih pada generasi milenial yang mudah untuk didoktrin dengan propaganda ekstremis, radikalis, hingga bom bunuh diri. Kewaspadaan terhadap aktivitas kampanye dengan seminar yang menghadirkan ustaz kondang juga harus diawasi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini perlu dikritisi untuk meminimalisir masuknya celah-celah radikalis melalui kampanye keagamaan.
Gerakan hijrah juga memengaruhi beberapa industri yang tumbuh pada era sekarang. Bahkan bukan rahasia lagi bahwa gerakan hijrah disponsori oleh industri. Sebut saja produk kecantikan seperti sabun, shampo, dan rias kecantikan muslimah. Industri-Industri tersebut mengkooptasi ketaatan beragama masyarakat untuk kepentingan komersil.
Fenomena hijrah di tengah gempuran radikalis memang menjadi PR bersama. Berawal dari sebuah tren hingga menjadi komunitas yang terlembaga, mengindikasikan bahwa hijrah sudah menjadi komunitas yang lebih besar. Sehingga hijrah saat ini sudah masuk dalam ruang lingkup sosial yang sudah tidak dipertanyakan lagi keabsahanya.
Ini penting bagi kita semua sebagai salah satu menjaga keutuhan negara dari ancaman disintegrasi negara. Dengan adanya beragam bentuk pasar-pasar spiritualis (spiritual marketplace), tujuan beragama makin terpolarisasi, semakin beragam bentuk, dan nilai-nilai baru juga muncul. Hijrah yang terjadi di masyarakat, didukung diantaranya adalah banyaknya spiritual marketplace yang dijelaskan di atas. Bentuknya beragam, kita misalnya melihat di universitas, sekolah, dan instansi. Banyak forum-forum, kajian hingga ngaji online yang dogmatis.
Wujud nyatanya adalah pada kaum hijrah. Dalam bentuknya yang lebih konkret spiritualitas, komunitas hijrah bisa berkeliling dengan teknologi, dengan seni, dengan olahraga dan dengan politik. Bahkan dengan hal-hal materialistik tergantung pengalamannya masing-masing. Marilah dengan sikap memilah-milah dan mencari latar belakang dan arah tujuan dari suatu gerakan, kita akan terhindar dari doktrin-doktrin agama yang menyalahi syariat agama dan negara. Sehingga tercipta kerukunan dan perdamaian antar masyarakat Indonesia.