Begitu juga banyak orang yang merasa bangga mengikuti sunnah Nabi (prilaku, ucapan, ketetapan) tapi merugikan orang lain, misalnya seorang suami seharusnya bekerja untuk menafkahi keluarga, tapi ia malah menghabiskan waktu untuk berdzikir saja tanpa ada usaha sehingga keluarganya serba kekurangan bahkan selalu bergantung kepada orang lain.
Nabi pernah menegur Abdullah bin Amr bin Ash yang berpuasa tiap hari, malamnya dihabiskan untuk bertahajjud padahal ia memiliki keluarga yang harus diberikan hak-haknya.
عَن عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَلَا تَفْعَلْ صُمْ وَأَفْطِرْ وَقُمْ وَنَمْ فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا. رَوَاهُ البُخاَريُّ
Artinya:
”Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash RA berkata: Rasulullah bersabda:”Wahai Abdullah, saya mendapatkan kabar bahwa dirimu selalu puasa pada siang hari dan selalu beribadah dimalam hari,” lantas aku menjawab:” beteul wahai Nabi.” Lalu Nabi berkata:”Maka jangan kamu lakukan hal itu, berpuasa dan berbuka, beribadah dan juga tidur karena badanmu memiliki hak yang harus kamu berikan, dan mata memiliki hak yang harus kamu berikan, begitu juga istrimu memiliki hak yang harus kamu berikan.” (HR. Bukhari).
Ibnu battal dalam Syarah al-Bukhari mengutip perkataan Imam al-Mihlab yang menjelaskan bahwa anggota badan manusia ada batasnya, jika digunakan berlebihan, terlalu memberatkan diri maka ibadahnya menjadi menurun, malas-malasan.
baca juga: 10 Etika Anak Kepada Orang Tua
Menurut Izzudin bin Abdissalam Syariat Islam semuanya berisi tentang kebaikan (maslahat) dengan cara mencegah segala kemadharatan (hal yang merusak) atau untuk menarik kebaikan di dunia dan akhirat. Maka dari itu orang yang beribadah harus bisa mempertimbangkan baik dan buruk dalam menerapkannya karena kebaikan bila tak diletakkan pada tempatnya maka akan menjadi sia-sia.
Dari sini, momen idul Adha seharusnya dapat dijadikan pelajaran berharga bagi setiap muslim sehingga dirinya menjadi pribadi yang baik secara lahir batin, tidak hanya baik kepada Allah tapi kepada sesama manusia.