Islamina.id – Ibrahim bin Adham bin Mansur (W.161 H) atau dikenal dengan Abu Ishak al-Balkhi yang lahir di Makkah. Ia menjadi seorang Ulama’ besar berkat ibunya yang selalu memintakan doa kepada banyak orang untuk dirinya supaya menjadi orang shaleh yang bertaubat dan petuah-petuahnya mengispirasi banyak orang.
Ibnu al-Mulaqqin dalam Tabaqat al-Aulia menjelaskan bahwa Ibrahim bin Adham adalah orang yang sangat kreatif, ia makan dengan hasil usaha sendiri seperti berburu dan bercocok tanam di kebun miliknya sendiri.
Suatu ketika ia hendak berburu hewan, tiba-tiba terdengar hatif (ada suara tanpa ada rupanya) yang isinya seperti ini:
“Wahai Ibrahim, apa untuk tujuan berburu inilah, kamu diciptakan atau diperintahkan?”
Mendengar suara yang seperti itu, ia turun dari hewan yang dinaikinya lalu ia memutuskan untuk memberikan hewan beserta bekal yang ia bawa kepada orang yang membutuhkan.
baca juga:
- Etika Beragama yang Baik Menurut Hasan Al Basri
- Hikmah Perbedaan Bahasa, Warna Kulit dan Cara Menyikapinya
Kemudian ia memasuki perkampungan serta hidup sederhana menjauhi hiruk pikuk kehidupan para raja maupun bangsawan. Padahal Ibrahim bin Adham merupakan anak pejabat yang memiliki kedudukan yang mulia serta harta yang berlimpah ruah. Lalu ia memutuskan pergi ke Makkah untuk belajar kepada Sufyan As Tsauri dan Fudhail bin Iyadh.
Setelah beberapa waktu lamanya ia pindah ke daerah Syam sampai ia wafat di sana.
Salah satu doa yang selalu di panjatkan oleh Ibrahim bin Adham adalah
“Ya Allah, rubahlah diriku dari kehinaan maksiat kepadamu menjadi kemuliaan untuk selalu taat kepadamu,”
Kisah Ibrahim bin Adham
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengkisahkan tentang kisah yang dialami Ibrahim bin Adham.
Suatu ketika ada seseorang yang hendak berbincang dengannya, namun ia tak berkenan karena ada empat hal yang menjadikan dirinya selalu risau.
Ia ditanya: “memang apa masalahnya?”, lantas ia menjawab: