Tak juga jera, paradigma baru dikemas dengan simbol tertentu dan cara tertentu. Lagi-lagi rakyat tahu mana berlian mana kaca. Alhasil, paradigma itupun selesai dipangkas habis dengan dukungan semesta.
Memang, sulit menerka sekumpulan Buaya sedang menganga, apakah ia sedang tersenyum atau bersiap memangsa. Tentu, kita tak boleh lengah karena peluang baru dengan simbol baru mengatasnamakan kelas sosial boleh jadi akan dibangun yang targetnya adalah pertentangan antar kelas yang dihembuskan dalam perspektif ketidakadilan perlakuan. Para pemimpin bangsa mesti peka akan hal ini sebagai game changer yang akan dilakukan kelompok penentang Empat Pilar Kebangsaan.
Langkah taktis dan strategis pemerintah dalam menangkal game changer ini adalah dengan melakukan pemetaan dan mengeksekusi pemetaan dalam implementasi pemerataan perlakuan proporsional kepada semua kelompok dalam birokrasi, politik, sosial dan budaya.
Seperti pembentukan Gugus Tugas Pemuka Agama yang dibesut BNPT RI merupakan langkah cerdas menuju pemerataan perlakuan dalam membentuk input lingkungan (environmental input) yang selanjutnya akan berlanjut pada input alat (instrumental input) dan input masukan (raw input) sebagai usaha hasil akhir prestasi dan kualitas generasi bangsa ke depan untuk mengenal diri, lingkungan, negara dengan baik sebagai jati diri sesuai Empat Pilar Kebangsaan.
Langkah ini diyakini akan mampu menekan dan mengkerdilkan fase ke lima terbangunnya paham yang keluar dari batas negara. Karena bangsa ini sudah berpengalaman dan terlatih dalam menghempangnya sejak masa sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru, orde reformasi dan paska reformasi. Walau demikian perlu merawat aktif tombol kewaspadaan dini pada aspek laten. Waspada laten adalah tugas tak mudah dan tak pernah berakhir. Mari Bersama Menangkal Paham Radikal dan Teroris, Salam Bela Negara, Jangan Pernah Letih Mencintai Indonesia.
Penulis: HM Affan Rangkuti
Editor: Syahril Mubarok
Baca juga: Kisah Kelam Kekerasan dan Teror dalam Sejarah Agama Samawi