Rabu, Oktober 8, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Biografi
Buya Syafii

Warisan Kebangsaan Buya Syafii

Warisan Kebangsaan Buya Syafii

Muhammad Itsbatun Najih by Muhammad Itsbatun Najih
15/06/2022
in Biografi, Populer, Tajuk Utama
5 0
0
5
SHARES
99
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Bangsa ini kembali kehilangan putra terbaiknya, Ahmad Syafii Maarif, pada Jumat 27 Mei 2022. Beliau lahir pada 31 Mei 1935 di Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat. Dikenal dengan panggilan Buya; dalam kultur sosial Minangkabau, merupakan sematan penghormatan bagi kalangan cendekiawan religius seperti halnya Buya Hamka. Namun, Buya Syafii bukan saja putra daerah Minangkabau, melainkan telah melebur sebagai milik Indonesia. Karena itu, tersemat pula panggilan Guru Bangsa.

Guru Bangsa pada sosok Buya Syafii bisa dirunut ketika, baik usianya melampaui usia Republik ini. Lebih-lebih kontribusinya mengisi kemerdekaan serta mendorong semua lapisan anak bangsa berkomitmen menjaga persatuan meski berbeda latar belakang. Kiprahnya saat didapuk menjadi ketua umum PP Muhammadiyah pada tahun 1998, adalah pembuktian saat bangsa ini sempat dicekam gejolak perpecahan. Yenny Wahid (2022) menilai Buya Syafii –dan Gus Dur– adalah sosok yang mendekatkan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah kurang harmonis karena posisi politik dan persoalan amaliah keagamaan. 

BacaJuga

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Bersama Gus Dur, Buya Syafii mematrikan eksistensi NU dan Muhammadiyah sebagai saka guru  Indonesia dari infiltrasi aneka ideologi yang hendak merusak dengan mendompleng nama agama. Tanpa bermaksud mengecilkan peran ormas keagamaan dan elemen masyarakat lainnya, tetapi bagi Buya Syafii, NU dan Muhammadiyah menjadi representasi arus utama masyarakat Islam di Indonesia. Karena itu, konsekuensi logisnya, kedua ormas tersebut mestilah menjadi rujukan utama dalam penyikapan pelbagai problem kebangsaan. Sorongan Buya bahkan selepas tidak menduduki jabatan struktural Muhammadiyah, tetaplah sama: NU dan Muhammadiyah harus berpikir besar, saling membantu, dan saling berbagi.

Buya Syafii prihatin atas fenomena mutakhir dengan kemunculan aksi-aksi intoleransi yang bersumbu paham ekstremisme. Buya Syafii menyebut polah semacam ini sebagai mentalitas “sumbu pendek”. Tak ada kejernihan dan keluwesan dalam memandang keragaman bagi yang bermental sumbu pendek. Merasa dirinya paling benar sembari menegasikan pihak lain. Paham dan aksi intoleransi inilah yang bakal mengancam kelangsungan kehidupan berbangsa-bernegara. Kelompok sumbu pendek lupa sekaligus lalai mengingat arti keberagaman yang dihasilkan dari kondisi kemerdekaan yang telah diupayakan oleh semua elemen anak bangsa lintas suku-lintas iman. 

Melebihi usia Republik, Buya Syafii telah merasakan getirnya masa kolonialisasi. Beliau merupakan saksi hidup perjuangan kemerdekaan yang masih awas dan kritis terhadap segala rupa bentuk penyimpangan; baik penyimpangan dalam konteks kehidupan keberagamaan hingga kehidupan berbangsa dan tata kelola bernegara. Karena itu, dalam banyak kesempatan, Buya Syafii kerap mengkritik keras siapa saja tanpa rasa canggung. Independensi sikap Buya Syafii tersebut hendaknya dimaknai sebagai bentuk kecintaan pada bangsa ini. 

Buya Syafii beranjak dari ranah Minang menuju tanah Jawa. Sempat melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Skema perjalanan akademik sekaligus harakah (pergerakan) seorang Buya Syafii menarik diurai. Beliau akhirnya kembali ke Indonesia. Mengabdi pada tanah air setelah tuntas mengenyam pendidikan doktoral. Walau berdarah asli Minang, tetapi beliau menetap di Yogyakarta hingga akhir hayat. Meski demikian, beliau tetaplah tergelari sematan Buya; penegas seakan dirinya tidak lupa beridentitas putra Minangkabau yang amat religius nan pandai. Beliau menempatkan secara pas makna keindonesiaan tanpa menanggalkan atribut kedaerahan.  

Page 1 of 2
12Next
Tags: Ahmad Syafii Ma'arifBuya Syafiigus durKebangsaanMuhammadiyahnahdlatul ulamaNU
Previous Post

Mengembalikan Bangunan Intelektual Islam yang Relevan

Next Post

Membangun Persaudaraan Melalui Distribusi Zakat

Muhammad Itsbatun Najih

Muhammad Itsbatun Najih

RelatedPosts

kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Zakat

Membangun Persaudaraan Melalui Distribusi Zakat

pancasila muslim

Ideologi Pancasila untuk Muslim Indonesia

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

gerakan gen z

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

09/09/2025
hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    327 shares
    Share 131 Tweet 82
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    309 shares
    Share 124 Tweet 77
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    268 shares
    Share 107 Tweet 67
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    263 shares
    Share 105 Tweet 66
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    258 shares
    Share 103 Tweet 65
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.