Islamina.id – Allah menciptakan manusia sebagai penghuni bumi ini bertujuan untuk beribadah kepada-Nya dan untuk menegakkan keadilan. Demi mewujudkan tujuannya ini manusia diperintahkan untuk mempelajari isi Al-Qur’an supaya hidupnya terarah dan menjadi mulia.
Dalam hal ini manusia dikategorikan menjadi dua. Pertama, golongan orang yang mulia (baik). Kedua, golongan orang yang kurang baik prilakunya.
Sebuah tatanan kehidupan akan cepat berubah seiring perubahan waktu. Untuk menyikapinya dibutuhkan kearifan dalam bertindak. Begitu juga dalam menyampaikan sebuah kebenaran harus dengan santun dan bijak, karena kebaikan belum tentu diterima oleh orang lain, bisa karena penyampaiannya yang kurang tepat atau tak sesuai dengan kondisi setempat.
Kisah Umar bin Khattab
Pada suatu hari saat Umar bin Khattab menjadi seorang Khalifah, seorang Badui datang dari pelosok negeri. Ia datang untuk belajar dan meminta dibacakan ayat Al Qur’an kepada seseorang. lantas orang tersebut membacakan ayat Al Qur’an yang berbunyi:
وَأَذَانٌ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ ۙ وَرَسُولُهُ ۚ فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (3
Artinya:
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (QS. At Taubah: 3).
Orang tersebut membacakan di hadapan orang Badui dengan membaca kasrah lamnya lafadz وَرَسُولهُ menjadi “rasulihi”. lantas orang Badui tersebut memahami bahwa Allah berlepas diri dari rasulnya sehingga Badui tersebut juga berlepas diri dari rasulnya juga.
Sikap Umar bin Khattab terhadap Orang Badui
Mendengar pemahaman tersebut lantas Umar bin Khattab membenarkan bacaannya serta menjelaskan maksud ayat tersebut bahwa Allah dan rasulnya terbebas dari orang-orang musyrik.
Umar bin Khattab lantas menasehati orang Badui tersebut supaya belajar Al Qur’an kepada orang yang mengerti ilmu bahasa Arab supaya tidak terjadi kesalahan dalam bacaan dan pemahamannya.
Melihat kejadian ini, Umar bin Khattab memerintahkan kepada Imam Aswad Ad Du’ali untuk membuat kaidah-kaidah bahasa Arab terutama ilmu Nahwu.
Sebelum Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Pahami 5 Hal ini
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam kitab Tanbih al-Ghafilin menjelaskan bahwa untuk menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dibutuhkan 5 hal.
Pertama, harus didasari dengan ilmu, ini sebagai bekal penting sehingga tujuannya membuahkan hasil yang maksimal.
Kedua, niatnya harus benar, tak lain hanya untuk mencari Ridha Allah, dan untuk menjunjung tinggi kalimat-Nya.
Ketiga, mempunyai jiwa kasih sayang yang tinggi, serta santun, tak arogan dalam menyikapi berbagai persoalan.
Keempat, Harus sabar dalam menuntun serta menyampaikan kebenaran, karena bila tak didasari sifat sabar, maka usahanya akan bubar.
Kelima, harus mampu memberi contoh atau teladan yang baik, tak hanya sekedar retorika belaka, karena masyarakat butuh panutan bukan sekedar komentator bualan. Banyak orang yang mampu menasehati, namun tak mampu menjalankan ajaran sepenuh hati.
Kisah Umar bin Khattab diatas memberikan pelajaran berharga kepada umat islam supaya dalam melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan cara yang santun dan bijaksana.